KHAT
KHAT dan LOMAN PARK HOTEL

RA LOMAN RA UMAN

Pameran Seni Rupa Karya Jejaring Seniman KHAT

RA LOMAN RA UMAN | Pameran Seni Rupa

MENJADI LOMAN DI ZAMAN EDAN

Kuratorial Pameran Seni Rupa
“Ra Loman Ra Oman”
Kerjasama Jejaring Seniman KHAT dan Loman Park Hotel Yogyakarta
28 Oktober 2023 - 27 Januari 2024

Oleh: Doni Riw., M.Sn.

Sesuk yen wis ana kreta tanpa jaran.

(Kelak, jika sudah ada kereta tanpa kuda).

Tanah Jawa kalungan wesi.

(Tanah Jawa berkalung besi).

Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang

(Perahu terbang di langit).

Kali ilang kedhunge.

(Sungai tak lagi dalam).

Pasar ilang kumandhange.

(Pasar tak lagi bergema).

Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak.

(Itulah pertanda zaman Jayabaya telah dekat).

 

Wong wadon nganggo pakeyan lanang.

(Perempuan berpakaian lelaki).

Wong lanang koyo wong wadon.

(Laki laki seperti perempuan).

Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman.

(Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik).

Wong bener thenger-thenger.

(Orang benar terdiam tak tahu harus berbuat apa).

Wong salah bungah.

(Orang bersalah gembira).

Wong apik ditampik-tampik.

(Orang baik ditolak).

Wong jahat munggah pangkat.

(Orang jahat naik pangkat).

Wong wadon ilang kawirangane.

(Perempuan tak lagi punya malu).

Wong lanang ilang kaprawirane.

(Laki-laki tak lagi bersifat perwira).

Wong golek pangan kaya gabah diinteri.

(Mencari rizki kian sulit ke sana ke mari).

Sing gedhe kesasar.

(Orang pintar tersesat).

Sing cilik kepleset.

(Orang bodoh tergelincir).

Sing ngawur makmur.

(Orang berbuat sembarangan justru makmur)

Sing ngati-ati ngrintih.

(Orang yang berhati-hati justru merintih).

Wong tani ditaleni.

(Petani dibelenggu).

Wong dora ura-ura.

(Pembohong berdendang)

Ratu ora netepi janji, musna panguwasane.

(Pemimpin negeri ingkar janji. Musnah kendali kekuasaannya).

Sing Waras Nggragas.

       (Saat sehat serakah).

Sing jujur kojur.

       (Saat jujur hancur).

Jamane jaman edan. Sing ora ngedan ora keduman.

       (Zaman itu zaman kegilaan, orang yang tidak ikut menggila tidak mendapat bagian).

Ning sak bejo bejane wong ngedan. Luwih bejo wong eling lan waspodo.

(Namun seberuntung apapun orang yang ikut menggila, lebih beruntung orang yang senantiasa mawas diri dan waspada).

Begitulah gambaran Zaman Edan (Zaman Kegilaan) dalam petikan Serat Jangka Jayabaya yang dituliskan oleh Sunan Giri Prepen. Karya sastra abad 16M itu meramalkan masa depan yang berkondisi serba terbalik. Kebenaran disudutkan, kejahatan dimenangkan. Kejujuran menghancurkan, kegilaan memakmuran. Tak pelak, apa yang dituliskannya itu membuat Sunan Prepen seolah melihat langsung apa yang kita alami hari ini.

Di Zaman Edan itu “Sing ora ngedan ora keduman”. Artinya orang yang tidak ikut menggila, sesuai kegilaan zamannya, tidak akan kebagian harta, tahta, serta segenap kenikmatan dunia yang lain. Namun dituliskan bahwa “Sak bejo bejane wong ngedan, isih luwih bejo wong kang eling lan waspodo”. Seberuntung apapun orang yang ikut menggila, lebih beruntung orang yang senantiasa mawas diri dan waspada.

Terdapat perbedaan antara keberuntungan orang yang menggila dengan keberuntungan orang yang senantiasa mawas diri dan waspada. Keberuntungan orang yang menggila adalah keberuntungan yang diukur dari harta duniawi. Sementara keberuntungan orang yang senantiasa mawas diri dan waspada adalah keberuntungan yang melampaui keberuntungan duniawi.

Merespon realitas hari ini yang sesuai dengan apa yang tertulis dalam Serat Jangka Jayabaya itu, jejaring seniman KHAT bekerja sama dengan Loman Park Hotel menyelenggarakan Pameran Seni Rupa berjudul “Ra Loman, Ra Oman” yang berarti “Tidak Dermawan, Tidak Kebagian”. Ungkapan ini mengambil sisi berseberangan dengan uangkapan “Ora Ngedan, Ora keduman”. Tajuk pameran ini seolah mengajak kita untuk “Loman” atau dermawan, agar kita “kebagian”.

Ajakan ini bukan sebuah ajakan kosong. Karena pada dasarnya, semua yang kita dapatkan di dalam kehidupan ini adalah rezeki atau pemberian dari Sang Pencipta. Sedangkan jika kita “Loman” alias dermawan, maka Dia akan bermurah hati memberikan balasan yang lebih banyak. Namun demikian, balasan itu tidak melulu berwujud harta dunia, melainkan juga bisa berupa pahala yang akan kita nikmati di kehidupan kelak.

Konsep tersebut nampak hadir di dalam lukisan berjudul “Membingkai Harapan”. Lukisan karya Teguh Wiyatno tersebut terbuat dari Cat Air di Atas Kertas, berukuran 56 x 76 cm, dibuat tahun 2022. Dalam karya tersebut nampak sesosok baju dalam pose duduk, namun tidak ada tubuh manusia di dalamnya. Di posisi kepala ada satu buah apel terkelupas, membagikan isinya kepada siapapun yang membutuhkan. Sosok itu duduk di hadapan bingkai besar yang di dalamnya terdapat air mengalir. Seolah sosok itu berharap agar Allah Sang Pencipta mengalirkan rezeki dan keberkahan pada dirinya.

Menjadi “Ra Loman Ra Oman” di tengah “Ora Ngedan Ora Keduman” juga nampak dalam lukisan berjudul “Tumbuh di Antara Bara” karya Deni Junaedi. Lukisan berbahan Cat Air di atas kertas berukuran 17.8 x 25.4 cm itu menggambarkan sebuah tunas hijau yang timbuh di tengah bara api. Nilai kebaikan haruslah tetap diperjuangkan meski berada di tengah ekosistem yang buruk.

Nafas serupa juga terasa dalam lukisan berjudul Fitnah Kehidupan karya Sugeng Pribadi. Karya berbentuk lingkaran dengan diameter 100cm itu menggambarkan sebuah perahu kertas di tengah ombak yang mengganas. Seolah mau menceritakan tantangan menjadi “Loman” di tengah fitnah kehidupan.

Sebagai benang merah antara Zaman Edan ini dengan zaman Sunan Prepen menuliskan Jangka Jayabaya, hadir pula karya Wayang Kekayon Khalifah. Sebuah wayang kreasi baru oleh Ki Lutfi Caritogomo yang menggambarkan Para Sahabat nabi dalam kekayon alias gunungan wayang. Ki Lutfi Caritogomo tidak hanya memamerkan karyanya, namun juga melakukan pagelaran singkat di pembukaan pameran tanggal 28 Oktober 2023. Hadir juga performance dan karya Batik Kontemporer oleh Aruman di pembukaan yang sama.

Beberapa karya tersebut bersama enam puluhan lukisan lain bisa kita nikmati dalam Pameran Seni Rupa “Ra Loman Ra Oman”. Pameran diselenggarakan tanggal 28 Oktober 2023 sampai 27 Januari 2024 di Loman Park Hotel Yogyakarta itu diikuti oleh lima belas perupa yang tergabung dalam Jejaring Seniman KHAT. Seniman-seniman berkelas turut serta dalam pameran ini. Di antaranya adalah Agus Baqul Purnomo, Teguh Wiyatno, Deni Junaedi, Sugeng Pribadi, Nico Ricardi, Ki Lutfi Caritogomo, Rispul Rasyidin, Andi Arsyanto, Aruman. Juga diikuti oleh relasi Jejaring Seniman KHAT di antaranya Syaiful Adnan, Januri, Ekwan Mariyanto, dain lain sebagainya.

Akhirnya, selamat menikmati karya-karya yang mengajak untuk menjadi pelopor kebaikan di tengah riuhnya kegilaan. Selamat kepada Jejaring Seniman KHAT dan manajemen Loman Park Hotel yang sedang merayakan pembukaan hotel baru tersebut. Salam.

Copyright © 2023. KHAT. All Rights Reserved.